Banyak para muda menaruh rindu di kota Bengkulu yang elok dengan keragaman pariwisatanya. Salah satunya ritual “Tabot” yang setiap tahun diperingati sebagai festival rakyat.
Setahun bukanlah waktu yang panjang bagi masyarakat Bengkulu untuk kembali mengikuti festival Tabot yang sudah menjadi tradisi turun temurun. Persiapan khusus dilakukan untuk menampilkan bentuk tabot yang indah dengan ornamen kertas hias. Terutama pada Tabot Pembangunan yang memang tidak ada pakem tertentu sekiranya bisa dimodifikasi dengan model apapun.
Tak ubahnya “Jakarta Fair” di kawasan eks Bandara Kemayoran, lapangan Merdeka Bengkulu pada Kamis (10/1/2008) besok, akan berubah menjadi pesta rakyat terbesar di sepanjang tahun. Antre panjang dari masyarakat setempat, baik yang muda sampai yang sudah berumur saling berebut posisi strategis untuk menyaksikan 90 tabot, terdiri 17 Tabot Sakral dan 73 Tabot Pembangunan di malam hari yang dimotori lampu disel.
Istilah “Tabot” berasal dari kata Arab (tabut) yang secara harfiah berarti kotak kayu atau peti. Dalam Al Quran kata Tabot dikenal sebagai sebuah peti yang berisikan kitab Taurat. Bani Israil masa itu percaya bahwa mereka akan mendapatkan kebaikan bila Tabot ini muncul dan berada di tangan pemimpin mereka. Sebaliknya mereka akan mendapat malapetaka bila benda itu hilang.
Tradisi Tabot dibawa oleh para pekerja, asal Madras-Bengali bagian selatan dari India yang membangun benteng Marlborought di Bengkulu. Secara turun-temurun, upacara ini diwariskan kepada anak cucu mereka yang di antaranya berasimilasi dengan orang Bengkulu.
Kini Tabot dipandang upacara tradisional orang Bengkulu, baik dari keturunan dari pencampuran etnis orang-orang Syi’ah dari India Manggala yang kawin dengan orang Bengkulu (keturunan Sipai) maupun Melayu Bengkulu.
Upacara Tabot di Bengkulu juga merupakan upacara hari berkabung bagi kaum Syi’ah atas gugurnya Husain bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah SAW dari puteri Beliau Fatimah Al Zahra bin Muhammad. Husain gugur dalam perang tidak seimbang antara 40 pengikutnya dengan ribuan pasukan tentara Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala Iraq, pada 10 Muharam 61 Hijriyah (681 M).
Seiring dengan perkembangan zaman maksud upacara Tabot telah mengalami pergeseran. Selain melaksanakan wasiat leluhur juga turut berperan serta menyukseskan program pemerintah di bidang pembinaan dan pengembangan kebudayaan daerah dan pariwisata di daerah Bengkulu.
Bentuk dan Pemilik Tabot
Bentuk bangunan Tabot adalah suatu bangunan bertingkat-tingkat seperti menara masjid dengan lebar lantai dasar 1,5-3 meter, dengan ketinggian 5-12 meter. Besar kecilnya bentuk bangunan Tabot tergantung dari kemampuan dan keinginan dari para pembuat Tabot itu sendiri.
Bangunan bertingkat yang dihiasi tersebut dibuat dari kerangka kayu, bambu dan rumbia yang keseluruhan bangunan itu dilapisi kertas berwarna-warni dengan berbagai motif ornamentasi serta ditambah dengan hiasan berbagai bentuk bunga dan di buat dari kertas.
Sementara Tabot asli sudah mempunyai aturan-aturan atau pakem-pakem tersendiri. Perubahan maupun penambahan pada bentuk Tabot haruslah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sejak dulu. Ketentuan tersebut sudah menjadi kesepakatan bersama bagi keluarga Tabot. Ada dua kelompok besar pemilik Tabot, yakni yang pertama kelompok Tabot Berkas, Pasar Baru, Kampung Kepiri dan Malabero, dan yang kedua kelompok Tabot Pondok Besi, Kebun Ros, Tengah Padang dan Kampung Bali. [oz/m.a/syiahindonesia.com]
Post A Comment:
0 comments: