Pernah orang Indonesia atas nama ulama dari lembaga ulama Indonesia ketika menghadiri konferensi di Malaysia justru mengusulkan untuk dipakainya mazhab kelima yakni Ja’fari (maksudnya Syiah). Itu pada tahun 1997-an.
Tahu-tahu sosok yang “jualan” syiah di negeri tetangga itu hangat dibicarakan para tokoh Islam, karena kabarnya Pak Harto mau mengangkanya jadi menteri agama tahun 1998.
Tahu-tahu sosok yang “jualan” syiah di negeri tetangga itu hangat dibicarakan para tokoh Islam, karena kabarnya Pak Harto mau mengangkanya jadi menteri agama tahun 1998.
Para tokoh Islam sangat khawatir, maka berita kejadian di Malaysia itu kalau diekspose di media maka akan memberi gambaran kepada Umat Islam bahkan kepada Presiden Soeharto. Diharapkan bisa diketahui jati dirinya, hingga agar tidak jadi diangkat jadi menteri agama. Maka seorang wartawan menelepon kepada sumber berita yang mengetahui masalah itu. Sayangnya, sumber berita yang sudah pernah menceritakan itu, ketika dikonfirmasi, dia tidak mau untuk bicara, walau tidak menepisnya. (Maklum, di zaman itu, orang banyak yang takut, sekalipun tingkatnya tokoh. Giliran kini mereka tidak takut lagi, sayangnya justru tidak sedikit yang ikut “ngedan”). Walaupun demikian, qadarullah muncul pernyataan yang beritanya beredar pula sebagai berikut.
Benarkah Quraish Shihab penganut faham Syi’ah?
by nahimunkar.com – Posted on Apr 23rd, 2012
LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) di Jakarta pernah mendapatkan surat pernyataan dari Osman Ali Babseil (PO Box 3458 Jedah, Saudi Arabia, dengan nomor telepon 00966-2-651 7456). Usianya kini (tahun 2008) sekitar 74 tahun, lulusan Cairo University tahun 1963.
Dengan sungguh-sungguh seraya berlepas diri dari segala dendam, iri hati, ia menyatakan:
1. Sebagai teman dekat sewaktu mahasiswa di Mesir pada tahun 1958-1963, saya mengenal benar siapa saudara Dr. Quraish Shihab itu dan bagaimana perilakunya dalam membela aqidah Syi’ah.
2. Dalam beberapa kali dialog dengan jelas dia menunjukkan sikap dan ucapan yang sangat membela Syi’ah dan merupakan prinsip baginya.
3. Dilihat dari dimensi waktu memang sudah cukup lama, namun prinsip aqidah terutama bagi seorang intelektual, tidak akan mudah hilang/dihilangkan atau berubah, terutama karena keyakinannya diperoleh berdasarkan ilmu dan pengetahuan, bukan ikut-ikutan.
4. Saya bersedia mengangkat sumpah dalam kaitan ini dan pernyataan ini saya buat secara sadar bebas dari tekanan oleh siapapun.
1. Sebagai teman dekat sewaktu mahasiswa di Mesir pada tahun 1958-1963, saya mengenal benar siapa saudara Dr. Quraish Shihab itu dan bagaimana perilakunya dalam membela aqidah Syi’ah.
2. Dalam beberapa kali dialog dengan jelas dia menunjukkan sikap dan ucapan yang sangat membela Syi’ah dan merupakan prinsip baginya.
3. Dilihat dari dimensi waktu memang sudah cukup lama, namun prinsip aqidah terutama bagi seorang intelektual, tidak akan mudah hilang/dihilangkan atau berubah, terutama karena keyakinannya diperoleh berdasarkan ilmu dan pengetahuan, bukan ikut-ikutan.
4. Saya bersedia mengangkat sumpah dalam kaitan ini dan pernyataan ini saya buat secara sadar bebas dari tekanan oleh siapapun.
Pernyataan itu dibuat Osman Ali Babseil pada bulan Maret 1998, menjelang Quraish Shihab akan diangkat jadi menteri agama oleh Presiden Soeharto, dan banyak dari kalangan ummat Islam sudah mengkhawatirkannya, karena masalah syiah itu. Kemudian Quraish Shihab ternyata benar-benar diangkat jadi menteri agama republic Indonesia, namun dia hanya sempat jadi menteri agama selama 70 hari, karena Presiden Suharto lengser dari kursi kepresidenan pada tanggal 21 Mei 1998.
Ilustrasi: kolom-biografi.blogspot.com
***
Meskipun demikian, ternyata QS tetap diangkat jadi menteri agama, dan pernah mengenyam sebagai menteri selama 70 hari di tahun 1998 itu yang berakhir dengan berakhirnya kepemimpinan Soeharto.
(nahimunkar.com)
Post A Comment:
0 comments: